PRINSIP BELAJAR YANG EFEKTIF




Tujuh Gaya Belajar Efektif


Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Berikut adalah
tujuh gaya belajar yang mungkin bisa Anda ikuti

1.Bermain dengan kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang
senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca
serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa
membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal
lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
2.Bermain dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu
dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita
memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiaop
kali muncuil jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan
hasil yang paling akhirnya atau kesimpulan.
3.Bermain dengan gambar.
Anda sementar orang yang lebih suka belajar dengan membuat
gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang
yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu
dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat
perubahan, merangkai dan membaca kartu. Jika Anda termasuk
kelompok ini, tak salah bila Anda mencoba mengikutinya.
4.Bermain dengan musik.
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu
instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak
orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara
menginat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme
hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai
beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang
kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan
dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik
bagaimanalagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada
saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu,
bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia,
teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.
5.Bermain dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan
tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara
belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah
memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah
kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok
yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan
beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.
6.Bermain dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik
mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul,
kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan
mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat
dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.
7.Bermain dengan Kesendirian.
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya,
termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini,
biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga
privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki
kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara
mandiri.

Lima Prinsip Belajar
1.Mengenali betul apa yang menarik untuk kita
Jika kita mengetahui betul apa sesungguhnya yang menarik bagi
kita, tentu akan lebih mudah mencari ragam informasi penting yang
akan kita pelajari. Tak ada seorang pun yang mampu memberikan
informasi tentang apa yang menarik untuk kita pelajari kecuali kita
sendiri.
Ada baiknya, sekali waktu, Anda berhenti dulu belajar, lalu tanyakan
pada diri Anda sendiri, untuk apa Anda belajar? Jika Anda cukup
punya alasannya, tak salah bila Anda mencoba mengujinya dengan
mengikuti beberapa tes untuk melihat tingkat pemahaman kita dan
cara untuk meningkatkannya. Hal terpenting yang perlu diingat
adalah seberapa cepat pun kita bisa memahami suatu informasi,
maka informasi itu dengan mudah bisa hilang dari ingatan jika
ternyata informasi tersebut bukan seperti sesuatu yang menjadi inti
ketertarikan kita.
2.Kenalilah kepribadian diri sendiri.
Jika kita tahu betul siap kita dan apa yang kita inginkan, maka
mempelajari sesuatu yang sesuai dengan keinginan dan
kepribadian kita menjadi lebih mudah dilakukan. Sebab, apapun
yang akan kita pelajari dan pahami, seringkali menjadi sia-sia jika
ternyata tak sesuai dengan kepribadian kita.
3.Rekam semua informasi dalam kata.
Langkah yang paling mudah untuk memahami, mengingat dan
mempelajari sesuatu adalah dengan kata. Jadi, langkah yang paling
mudah dan bijaksana adalah bila kita terbiasa merekam semua
informasi itu dengan cara menuliskannya kembali dalam bentuk apa
saja. Gambar, coretan dan yang terbaik adalah catatan tertulis
buatan tangan sendiri.
4.Belajar bersama orang lain.
Cara termudah untuk belajar sesungguhnya adalah bila kita
melakukannya secara bersama-sama. Prinsip belajar ini hampir
selalu efektif bagi setiap orang, apa pun karakter belajar yang
dimilikinya. Selain itu, belajar juga menjadi terasa lebih
menyenangkan dan ringan, bila dilakukan secara bersama-sama.
5.Hargai diri sendiri.
Belajar memahami dan menyerap informasi akan menjadi lebih
terasa bermanfaat dan berarti bila kita menghargainya. Jadi,
rencanakan apa yang Anda akan pelajari dan pahami. Setelah itu,
cobalah membuat jeda di antara waktu belajar yang Anda laklukan.
Setelah itu, lihat seberapa besar tingkat keberhasilan Anda dalam
mempelajari suatu informasi atau fakta tertentu. Bila Anda merasa
itu berhasil, maka Anda layak menghargai jerih-payah Anda belajar
dengan cara apa saja. Misalnya, merayakannya dengan makan
enak atau membeli sesuatu yang bisa mengingatkan Anda akan
keberhasilan yang Anda pernah capai

Cara Belajar Yang Baik Menurut Hukum Newton

Banyak orangtua, guru dan mungkin teman kita memberikan nasihat agar
kita belajar jauh hari sebelum waktu pelaksanaan ujian tiba. Tidak sedikit
buku tentang cara belajar yang juga memberikan nasihat demikian.
Secara umum kita semua setuju, terutama ketika kita masih duduk di
bangku sekolah, agar belajar secara bertahap dan sistematis.
Sebaliknya, pada dasarnya kita tidak setuju cara belajar dengan Sistem
Kebut Semalam (SKS), yakni belajar semalam suntuk hanya pada saat
menjelang ujian keesokan harinya. Selain melelahkan dan mendatangkan
stres, cara belajar SKS tidak memberikan hasil yang memuaskan, bahkan
cenderung menuai kegagalan. Namun, dengan berbagai alasan banyak
siswa atau mahasiswa yang masih suka belajar dengan cara SKS.
Melihat betapa besar pengorbanan orangtua dan mungkin juga sanak-
saudara, mengeluarkan biaya dan mencurahkan perhatian kepada kita
dengan harapan kita memperoleh pendidikan yang baik dan kelak
memiliki bekal ilmu. Atau setidaknya ijazah yang dapat dijadikan
prasyarat guna mendapatkan pekerjaan. Lebih jauh, masyarakat di
kampung hingga negara juga menaruh harapan besar di pundak siswa
sebagai penerus bangsa. Apa pun alasannya, belajar jelas penting dan
sangat perlu apalagi bagi siswa, minimal untuk mencapai syarat
kelulusan.
Untuk lebih memotivasi siswa dan guru, pada kesempatan ini penulis
memaparkan tentang cara belajar yang baik ditinjau dari sudut pandang
sains (ilmu pengetahuan), Juga memberikan alasan ilmiah mengapa kita
lebih baik belajar secara berkesinambungan jauh hari sebelum ujian,
bukan belajar dengan cara dadakan (SKS).
Ada beberapa hukum dalam sains yang dapat dijadikan landasan ilmiah tentang cara belajar yang baik, misalnya Hukum Newton. Hukum Newton sangat terkenal terutama dalam pelajaran fisika dan telah diaplikasikan dalam banyak bidang hingga sekarang. Misalnya untuk pembangunan
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

DAMPAK PENGGUNAAN INTERNET



DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF INTERNET
Posting : MUHAMMAD ZAINUDIN,S.Pd.

Pengaruh Internet – Dengan membaca artikel ini berarti Anda sedang berada didepan layar komputer yang terhubung dengan internet. Tahukan Anda pengaruh Internet, manfaat internet serta dampak positif dan negative internet bagi para penggunanya . Sebenarnya, berbicara masalah positif dan negative, semua hal apapun pasti ada dampak positif dan negative, ada sebab – ada akibat. Namun semua itu kembali pada para penggunanya, bagaimana mereka memanfaatkannya. Bagi kalangan awam atau orang-orang tua yang hidup di pedasaan, berasumsi dunia internet identik dengan hal-hal yang berbau negative. Sehingga dengan asumsi tersebut mereka para orang tua khususnya melarang anaknya untuk mengakses internet.

Ada kejadian nyata di salah satu kecamatan desa KutuBlog, disitu baru ada yang mendirikan warnet, tidak sampai satu minggu operasi, masyarakat setempat dari kalangan umum dan kiyai melarang warnet tersebut beroperasi alias harus di tutup, karena menurutnya dengan internet nantinya anak-anak dengan mudah dapat melihat hal-hal yang seharusnya tidak boleh dilihat.

Sebenarnya penggunaan internet tidak hanya mempunyai dampak positif, tetapi juga banyak terdapat dampak negative. Internet memberikan manfaat yang begitu besar tetapi di lain pihak internet menjadi suatu media informasi yang tidak mudah untuk di batasi. berbagai macam informasi dalam berbagai bentuk dan tujuan bercampur menjadi satu di mana untuk mengaksesnya hanya perlu satu sentuhan jari saja.

Berbagai informasi dengan mudah didistribusikan kepada pemakai internet. Terlepas dari dampak yang mungkin akan timbul, internet tetap merupakan suatu teknologi baru di bidang komputer dan komunikasi yang mampu memberikan berbagai kemudahan bagi para pemaikainya. Dalam beberapa tahun ke depan dapat di pastikan bahwa internet akan menjadi tulang punggung perkembangan komputer.

Dampak Positif Internet
Internet telah banyak membantu manusia dalam segala aspek kehidupan sehingga internet mempunyai andil penuh dalam kehidupan sosial. Dengan adanya internet apapun dapat kita lakukan baik positif maupun negative.

Internet sebagai media komunikasi, merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya di seluruh dunia. Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup, ftp dan www (world wide web – jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.

Media untuk mencari informasi atau data, perkembangan internet yang pesat, menjadikan www sebagai salah satu sumber informasi yang penting dan akurat. Kemudahan memperoleh informasi yang ada di internet sehingga manusia tahu apa saja yang terjadi. Bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.

Dampak Negatif Internet
1. Cybercrime Adalah kejahatan yang di lakukan seseorang dengan sarana internet di dunia maya yang bersifat.
• Melintasi batas Negara
• Perbuatan dilakukan secara illegal
• Kerugian sangat besar
• Sulit pembuktian secara hukum

Bentuk-bentuk cybercrime sebagai berikut :
Hacking – Usaha memasuki sebuah jaringan dengan maksud mengeksplorasi atupun mencari kelemahan system jaringan.

Cracking – Usaha memasuki secara illegal sebuah jaringan dengan maksud mencuri, mengubah atau menghancurkan file yang di simpan padap jaringan tersebut.

2. Parnografi
Anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan parnografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela.Untuk mengantisipasi hal ini, para produsen ‘browser’ melengkapi program mereka dengan kemampuan untuk memilih jenis home-page yang dapat di-akses.Di internet terdapat gambar-gambar pornografi dan kekerasan yang bisa mengakibatkan dorongan kepada seseorang untuk bertindak kriminal.

3. Violence And Gore
Kekejaman dan kesadisan juga banyak ditampilkan. Karena segi bisnis dan isi pada dunia internet tidak terbatas, maka para pemilik situs menggunakan segala macam cara agar dapat ‘menjual’ situs mereka. Salah satunya dengan menampilkan hal-hal yang bersifat tabu.

4. Penipuan
Hal ini memang merajalela di bidang manapun. Internet pun tidak luput dari serangan penipu. Cara yang terbaik adalah tidak mengindahkan hal ini atau mengkonfirmasi informasi yang Anda dapatkan pada penyedia informasi tersebut.

5. Carding
Karena sifatnya yang ‘real time’ (langsung), cara belanja dengan menggunakan Kartu kredit adalah carayang paling banyak digunakan dalam dunia internet. Para penjahat internet pun paling banyak melakukan kejahatan dalam bidang ini. Dengan sifat yang terbuka, para penjahat mampu mendeteksi adanya transaksi (yang menggunakan Kartu Kredit) on-line dan mencatat kode Kartu yang digunakan. Untuk selanjutnya mereka menggunakan data yang mereka dapatkan untuk kepentingan kejahatan mereka.

6. Perjudian
Dampak lainnya adalah meluasnya perjudian. Dengan jaringan yang tersedia, para penjudi tidak perlu pergi ke tempat khusus untuk memenuhi keinginannya. Anda hanya perlu menghindari situs seperti ini, karena umumnya situs perjudian tidak agresif dan memerlukan banyak persetujuan dari pengunjungnya.

7. Mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet daripada bertemu secara langsung (face to face). Dari sifat sosial yang berubah dapat mengakibatkan perubahan pola masyarakat dalam berinteraksi.Kejahatan seperti menipu dan mencuri dapat dilakukan di internet (kejahatan juga ikut berkembang). Bisa membuat seseorang kecanduan, terutama yang menyangkut parnografi dan dapat menghabiskan uang karena hanya untuk melayani kecanduan tersebut.

Manfaat Internet Bagi Remaja
1. Manfaat Umum
Berdasarkan suvey di Amerika Serikat membuktikan jika berselancar di dunia maya, bermain game online, dan bermain situs jejaring sosial justru baik bagi perkembangan remaja. Digital Youth Project yang disponsori MacArthur Foundation selama tiga tahun berhasil membuktikan internet baik bagi perkembangan remaja. Proyek yang dilakukan selama tiga tahun itu melibatkan 800 remaja dan orang tua untuk mengetahui peningkatan kemampuan teknologi remaja. Hal ini juga mematahkan anggapan para orangtua yang menyatakan bermain internet
hanya membuang waktu saja.

2. Manfaat Internet Dalam Pendidikan
Internet merupakan sebuah layanan yang memudahkan kita menambah wawasan, berkomunikasi, dan juga memudahkan kita untuk mencari suatu bahan yang mungkin sulit dicari secara nyata. melalui akses dunia maya internet ini, kita dapat menambah wawasan, berkomunikasi jarak jauh dan juga mencari informasi yang sangat kita butuhkan. Dalam dunia pendidikan internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang berjauhan tempat tinggalnya.

3. Dampak Negatif
Internet, kata yang tidak asing di telinga setiap orang, terutama para remaja yang senantiasa bergaul dengan mewahnya dunia yang berteknologi, mewah, dan praktis, Internet bisa didapatkan dimanapun kita berada, dengan bermodalkan telepon selular yang memiliki koneksi internet, internet dapat diakses dengan mudahnya melalui telepon selular dimanapun kita berada, atau jika tidak, di setiap sudut kota pasti terdapat sebuah warung yang menjual jasa internet atau yang biasa disebut dengan “warnet”, dengan adanya internet, akses atau jalan terhadap penyampaian informasi-informasi yang ada didunia ini dapat diambil dengan mudahnya seraya membalikkan tangan atau mengejapkan mata, banyak ilmu pengetahuan yang begitu melimpah disana, informasi mengenai apapun dapat kita temukan di jagat internet ini, para remaja tidak luput dengan yang namanya informasi dan ilmu pengetahuan, internet ini adalah media yang paling efektif dan mudah untuk didapatkan dan diakses oleh siapa saja dimanapun, walaupun tak dapat dipungkiri bahwa karena adanya kebebasan ini dapat terjadi pula penyalahgunaan fasilitas internet sebagai sarana untuk kriminalitas atau asusila.

Para pelajar yang baru mengenal internet biasanya menggunakan fasilitas ini untuk mencari hal yang aneh-aneh. Seperti gambar-gambar yang tidak senonoh, atau video-video aneh yang bersifat “asusila” lainnya yang dapat mempengaruhi jiwa dan kepribadian dari siswa itu sendiri, sehingga siswa terpengaruh dan mengganggu konsentrasinya terhadap proses pembelajaran disekolah, namun demikian tidak semua siswa melakukan hal yang demikian, hanya segelintir pelajar yang usil saja yang dapat melakukannya karena kurang memiliki rasa tanggungjawab terhadap diri pribadi dan sekitarnya, namun pada umumnya internet digunakan oleh setiap pelajar untuk mencari atau mendapatkan informasi.

Hal ini dapat menjadi sebuah motivator terhadap pelajar untuk terus berkembang dan juga dapat berfungsi sebagai penghancur (generasi muda), remaja adalah makhluk yang rentan terhadap perubahan disekitarnya, dia akan mengikuti hal yang paling dominan yang berada didekatnya jadi kemungkinan terjadinya perubahan yang drastis dalam masa-masa remaja akan mendorong kearah mana remaja itu akan berjalan, kearah positif atau negative tergantung dari mana di memulai.

Remaja yang kesehariannya bergaul dengan internet akan lebih tanggap terhadap perubahan informasi disekitarnya karena ia terbiasa dan lebih mengetahui tentang informasi-informasi tersebut sehingga dia lebih daripada yang lainnya. Tetapi selain itu, remaja yang memiliki kecenderungan pada hal yang negatif justru sebaliknya, dia akan nampak pasif karena hanya
diperbudak oleh kemudahan dan kayaan informasi dari internet tersebut.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

PROBLEMATIKA KENAKALAN SISWA




PROBLEMATIKA KENAKALAN SISWA
OPINI

Berawal dari obrolan seorang teman tentang persoalan tentang prilaku seorang siswa. Miris sekali rasanya melihat prilaku siswa saat ini. Ada Seorang siswa yang bawa kartu domino, dadu dan remi dikelas. Ada yang tidak mau masuk kelas tapi cangkruan di toilet, ini menandakan motivasi belajar sangat kurang. Selain itu ada yang bawa gitar ngamen dikelas, pakaiannya tidak rapi alias dikeluarkan, rambut dimodel pang, lidahnya dikasih anting, minum-minuman keras, adegan mesum yang disebar ke masyarakat luas, sampai pada hamil diluar nikah. Inilah potret anak sekolah mas kini mungkin? Kenakalan siswa sekarang berbagai macam bentuknya, tentu berbahaya sekali melihat generasi penerus bangsa seperti itu, apa jadinya bangsa ini? Padahal seorang siswa harapan sebuah bangsa.

Berbagai peristiwa tersebut dapat kita analisa, ada beberapa faktor penyebabnya. Pertama, Faktor keluarga. Persoalan dikeluarga menjadi salah satu penyebab kenakalan anak. Misalnya kurang diperhatikan orang tua, mungkin karena kesibukan orang tua kerja. Bisa juga karena factor pendidikan orang tua menyebabkan minim pengetahuan pola prilaku anak sehingga anak jadi korbannya. Tanpa pengawasan dan perhatihan orang tua akhirnya seorang anak bebas melakukan apa saja.

Kedua, factor lingkungan sekitar. Lingkungan sangat mempengaruhi pola prilaku seseorang. Apalagi pada remaja, masa remaja adalah masa untuk mencoba. Masa remaja memiliki keingintahuan yang tinggi. jika ada hal yang baru belum pernah dilakukan, maka muncul rasa penasaran untuk mencobanya dan ingin mengetahuinya, seperti apa jika melakukan hal yang baru. Pengaruh pergaulan teman menjadikan factor dalam kenakalan remaja. Apalagi pada zaman saat ini yang disebut era global. Era globalisasi yang serba terbuka saat ini disamping memiliki sisi positif juga negative. Sisi positif anak, bisa mengakses semua informasi yang secara transparan guna meningkatkan pengetahuanya. Namun disisi negatif, anak secara bebas bisa mencontoh budaya-budaya barat tidak sesuai dengan kultur kita. Maka timbul trend atau gaya yang mempengaruhi pola prilaku anak. Misalnya cara berpakaian, model rambut bahkan pergaulan bebas.

Ketiga, factor disekolah itu sendiri. Sekolah merupakan harapan semua orang tua, agar anaknya bisa pintar, cerdas, dan berprilaku yang baik. Harapan orang tua bisa pupus jika sebuah sekolah tidak memiliki program yang baik untuk mewujudkan impian orang tua. Sekolah dianggap sarana yang manjur untuk membentuk pola prilaku yang baik. Namun, kenyataanya banyak sekolah belum mampu mewujudkan harapan orang tua. Justru sebaliknya kenakalan siswa ‘tercipta’ disekolah, seperti kejadian diatas. Kejelasan sebuah aturan disekolah sangat diperlukan. Apakah di sekolah sudah ada aturan atau dikenal dengan ‘tata tertib’? jika sudah ada. Pertanyaan selajutnya, apakah aturan tersebut sudah disosialisasikan. Terkadang anak itu sering melanggar bisa jadi tidak mengetahui peraturan tersebut. Apakah aturan itu diterapkan secara konsisten disekolah? Jangan-jangan hanya sebagai hiasan dinding?.

Ada beberapa alternative solusi bisa ditawarkan; pertama, pendidikan keluarga pertama dan utama. Pendidikan keluarga merupakan hal yang sangat peting karena disinilah pondasi dasar karakter anak terbentuk. Kesibukan kerja, masalah ekonomi bukan jadi alasan untuk tidak memperhatikan anak. Anak adalah amanah yang sangat berat diberikan tuhan. Jika anak menjadi tidak bermoral atau tidak berahklak, maka orang tua dimentai pertanggung jawaban terlebih dahulu diakhirat nanti. Orang tua harus ‘belajar’ mendidik seorang anak atau dikenal dengan istilah ilmu parenting. Belajar disini bukan harus dimaknai dengan sekolah dan membaca buku, tetapi belajar bisa dilakukan dengan cara memberikan yang terbaik untuk calon generasi penerus.

Oleh karena itu, pola asuh zaman dulu, tidak bisa disamakan dengan masa sekarang, problematika anak sangat beranekaragam, maka dituntut menggunakan ‘jurus-jurus’ baru. Minimal yang dilakukan oleh orang tua adalah memberikan tauladan yang baik terhadap anak, selalu mendo’akan anak ketika sholat, dan memperhatikan pendidikan anak ketika mendapat tugas dari sekolah.

Kedua, kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak keluarga. Kerberhasilan dalam dunia pendidikan tidak bisa di bebankan oleh pihak sekolah saja, tetapi perlu kerjasama dengan pihak keluarga dirumah. Karena waktu disekolah hanya kurang lebih delapan jam saja, selebihnya waktu yang lama berada dirumah. Akan tetapi tetap tanggungjawab sekolah untuk mewujudkan harapan orang tua. Program-program sekolah harus sinergi dengan program dirumah. Disekolah sudah ada komite sekolah, yang merupakan wakil wali murid disekolah, sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk melakukan mensinergikan program-program disekolah. Sayangnya disekolah-sekolah kebanyakan komite sekolah hanya sebagai ’stempel’ untuk mencairkan sebuah dana dari lembaga tertentu.

Komite sekolah seharusnya menjadi pengawas dan control terhadap pihak sekolah jika melakukan pelanggaran atau tidak melaksanakan program sekolah. Peran dan fungsi komite sekolah saat ini bisa dikatakan nol. Maka perlu di revitalisasi peran dan fungsi komite sekolah.

Ketiga, Peran dan fungsi guru dioptimalkan. Guru sebagai ujuk tombak dilapangan dalam membentuk prilaku anak. Sebagus apapun program mengatasi anak disekolah, apabila tidak didukung dengan peran guru maka tidak ada hasilnya. Saya ilustrasikan, Ibarat ada mobil yang bagus tapi tidak ada yang menggerakan maka mobil tersebut akan mogok ditempat. Disinilah pentingnya peran guru disekolah, selain mempunyai tugas untuk menstranfer ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki kewajiban untuk membentuk karakter anak.

Untuk membentuk karakter anak, maka guru-gurunya juga harus berkarakter. Pribahasa orang jawa, guru itu digugu lan ditiru. Artinya bahwa baik buruknya tingkah laku guru, secara tidak langsung akan dicontoh oleh siswanya. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen bersama antara guru dan pengurus sekolah. Untuk menyatukan satu komitmen antara guru dengan pengurus sekolah, maka diperlukan keterbukaan, komunikasi yang itensif, persamaan visi bahwa mencerdaskan dan membentuk ahklak anak adalah perbuatan yang yang mulia.

Keempat, Peran guru bimbingan konseling (BK). Guru Bimbingan konseling (BK) disekolah, yang dianggap memiliki pengetahuan lebih dari sisi psikologi seorang anak, diharapkan mampu menyelesaikan persoalan anak secara komperhensif. Jika terjadi pelanggaran maka tidak sepatutnya langsung dihukum tetapi dicari akar masalahnya.

Dalam hal pelaksanaan sebuah aturan butuh ketegasan dan kebijaksanaan. Bersikap tegas, Jika anak-anak yang melanggar kategori berat dan sering melakukanya, maka diberikan sanksi atau hukuman sesuai dengan perbuatanya. Dengan diberi sanksi biar anak jerah tidak mengulang perbuatan itu lagi. Bersikap bijaksana, jika pelanggaran anak tidak terlalu berat, maka perlu pembinaan oleh BK dalam prilaku sehari-harinya disekolah.

Memang harus kita menyadari bahwa tanggung jawab mengatasi masalah diatas adalah tanggung jawab bersama. Baik orang tua, sekolah, guru dan semua pihak yang peduli terhadap masalah anak. Sehingga problematika siswa yang terjadi diatas bisa dicegah dan terselesaikan
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

5 CARA GURU KREATIF




5 CARA MENJADI GURU YANG KREATIF


1) Guru menciptakan susasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan intelektual

Terkadang siswa punya banyak pertanyaan dibenaknya, tetapi ada semacam perasaan malu dan takut, dikira bodoh jika melontarkan pertanyaan. Sebagai guru, kerja keras kita salah satunya adalah menciptakan kelas yang memberikan keamanan secara emosional bagi siswa. Memang agar menjadi siswa yang percaya diri mereka perlu mengambil resiko, tetapi di lingkungan yang tidak mendukung kenyamanan secara emosional, siswa akan berpikir 1000 kali untuk mau bertanya dan berpendapat.

Anda juga bisa membuat peraturan kelas yang isinya antara lain ‘Tidak boleh merendahkan atau meremehkan pendapat orang lain’ Jangan lupa anda juga memberi contoh dahulu kepada siswa untuk mengucapkan terima kasih dan menghargai untuk setiap pertanyaan, atau pendapat dari siswa anda. Jika ini terjadi dikelas anda, dijamin kelas akan berubah menjadi kelas yang setiap individu didalamnya saling mendukung dan mudah untuk berkolaborasi dalam berpengetahuan.

Tidak hanya sampai disitu saja, kelas yang membuat guru menjadi guru kreatif semestinya juga aman secara intelektual. Siswa bisa mandiri dan mengerti dimana letak alat tulis, dikarenakan semua hal dikelas sudah disiapkan dengan rapih dan terorganisir. Siswa tahu apa yang harus dikerjakan dikarenakan instruksi penugasan yang jelas oleh guru. Tidak hanya jelas tetapi juga menantang dengan demikian siswa bisa mengekpresikan kemampuannya dalam mengerjakan tugas yang guru berikan.

2) Guru mengukur dengan hati, seberapa besar keterlibatan (engagement) siswa dalam tugas yang ia berikan.

Saya jadi ingat sebuah pertanyaan yang bersifat reflektif mengenai cara kita mengajar dan membelajarkan siswa. Pertanyaan nya begini “Jika saya adalah murid saya sekarang, seberapa senang saya diajar oleh guru seperti saya?”

Seorang guru yang ahli mampu menciptakan suasana kelas yang aktif dalam pembelajaran di kelas yang diajarnya dalam presentasi keterlibatan yang penuh alias 100 persen. Artinya, misalkan seorang guru mengajar selama 40 menit, maka selama 40 menit itu pulalah, siswa belajar dengan aktif dan terlibat penuh dalam pembelajaran.

Tentu tidak dalam semalam semua guru bisa 100 persen menciptakan kelas yang aktif. Namun membutuhkan latihan dan latihan. Tetapi jalan kesana akan lebih cepat apabila kita mau jujur bertanya pada diri sendiri “Seberapa besar siswa aktif atau terlibat penuh dalam pembelajaran yang saya lakukan?”.

3) 5 menit terakhir yang menentukan

Jadikan 5 menit terakhir pembelajaran anda untuk merangkum, berbagi atau berefleksi mengenai hal yang siswa sudah lakukan selama pembelajaran.

Bagilah menjadi dua pertanyaan besar, misalnya bagian mana yang paling berat dilakukan dan susah dimengerti. Pertanyaan selanjutnya, pengetahuan baru apa yang kamu dapatkan hari ini? Dengan demikian membuat siswa berdialog dengan dirinya sendiri mengenai proses belajar yang telah dilakukannya.

4) Guru menciptakan budaya menjelaskan, bukan budaya asal menjawab dengan betul.

Ciri-ciri sebuah pertanyaan yang baik adalah pertanyaannya hanya satu tetapi mempunyai jawaban yang banyak. Bandingkan dengan jenis pertanyaan yang hanya mempunyai satu jawaban. Hal yang terjadi siswa akan berlomba menjawab dengan benar dengan segala cara. Termasuk mencontek misalnya.

Sebagai guru budayakan pola perdebatan atau percakapan akademis di kelas kita. Saat mendengarkan rekan mereka berbicara dan berargumen, mereka akan belajar memilih dan membandingkan pendekatan atau cara yang orang lain lakukan untuk menjawab sebuah masalah yang guru berikan.

Sebagai guru saat memberikan soal berikanlah siswa beberapa peluang kemungkinan dalam menjawab sebuah soal. Misalnya soal yang bapak berikan ini punya tiga alternatif, bisa kah kamu menemukan ketiga-tiganya?

5) Guru mengajarkan kesadaran siswa dalam memandang sebuah pengetahuan.

Saat mengajarkan siswa, dikarenakan keterbatasan kita, terkadang kita sudah membuat mereka menebak atau mengarang-ngarang sebuah jawaban demi mendapatkan hasil yang benar. Hal ini siswa lakukan secara sadar atau tidak sadar. Untuk itu mari kita letakkan gambar dibawah ini disamping soal yang kita berikan kepada siswa di kertas soal.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

KIAT SUKSES MENGHADAPI UN TAHUN 2011




KIAT SUKSES MENGHADAPI UN TAHUN 2011

Diposting oleh : BANK EMZET


Di awal bulan Januari 2011 pemerintah secara resmi telah mengeluarkan payung hukum sebagai jabaran dari Undang-Undang Sisdiknas dan peraturan pemerintah No 19 tentang Standar Nasional Pendidikan. Adalah Permendiknas no 2 tahun 2011 yang merupakan dasar pijakan untuk pelaksanaan Ujian di tingkat sekolah dasar.

Ada banyak perbedaan dalam rencana dan aturan pelaksanaan Ujian tingkat SD tahun 2011 ini, Perubahan yang tampak nyata adalah perubahan nama istilah dari Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) menjadi Ujian Nasional (UN) SD.

Perubahan nama ini bukan hanya sekedar perubahan nama tetapi membawa konsekuensi lain dalam pelaksanaannya. Sejatinya dari awal kegiatan ujian di SD yang sebelumnya dikenal dengan UASBN dan sekarang menjadi UN tidak terlalu banyak perubahan, mengapa demikian karena bentuk soal, mata pelajaran yang diujiannasionalkan tidak banyak mengalami perubahan. Hal yang mendasar perubahannya adalah dalam aspek penentuan kelulusan peserta didik dengan menggunakan istilah Nilai Akhir (NA). Nilai akhir NA ini diperoleh dari 40% nilai Sekolah dan 60% dari nilai UN. Nilai US diperoleh dari 40% rata-rata nilai raport semester 7, 8, 9, 10, 11 dan 60% dari rata-rata nilai ujian sekolah yaitu ujian tertulis dan praktek. Hal ini memberikan peluang bagi guru untuk menilai peserta didik bukan hanya dari kegiatan ujian akhir saja tetapi juga mempertimbangkan penilaian proses dalam kegiatan belajar sehari-hari melalui nilai raport.

Proporsi dan cara perhitungan menentukan kelulusan tingkat SD seperti itu tentunya akan berdampak pula terhadap penerimaan siswa baru memasuki SMP. Hal itu tentunya menjadi catatan penting bagi adik-adik kelas 6 untuk segera mempersiapkan diri sejak dini.

Ujian Nasional (UN) adalah salah satu implementasi pelaksanaan penilaian oleh pemerintah dengan tujuan untuk pertama, menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); kedua mendorong tercapainya target wajib belajar pendidikan dasar yang bermutu. Sedangkan hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk : pemetaan mutu satuan pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dan dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Permasalahannya Bagaimana kita dalam menyiapkan diri agar sukses mengikuti UN SD? Mengapa pertanyaan ini muncul karena selain lulus sebagai target utama peserta didik harus sukses dalam seleksi penerimaan siswa baru SMP. Beberapa hal yang menjadi kunci sukses bagi peserta didik dalam menyiapkan UN ini adalah:



a. Kuasai Materi Pelajaran

Menguasai meteri pelajaran adalah hal yang terpenting yang harus dikuasai siswa, hal ini didasarkan pada materi soal yang diujikan, tanpa menguasai materi maka siswa akan mengalami kesulitan, selain jumlah materi yang harus dipelajari cukup banyak juga materi tersebut lingkupnya mulai kelas 4, 5 dan 6. Solusi untuk hal ini adalah pertama, pelajari materi apa yang akan diujikan melalui SKL yang dirincikan dalam indikator soal UN yang dikeluarkan pemerintah. Kedua, pelajari soal-soal UN sebelumnya, lalu bandingkan satu atau dua tahun terakhir dengan indikator yang akan keluar maka kita akan mampu memprediksi soal yang keluar ditahun sekarang. Ketiga, belajarlah dengan menggunakan teori-teori singkat yang mudah dipahami, dimengerti dan diingat dalam waktu cepat.

b. Siapkan mental dan fisik

Kesiapan mental adalah hal penting dalam menyiapkan UN , dengan kesiapan mental yang kuat maka saat melaksanakan UN siswa akan menghadapinya dengan tenang, percaya diri, dan tidak dalam kondisi yang takut atau stress. Kondisi stress, takut, galalu, cemas dan tidak percaya diri hanya akan melemahkan kemampuan siswa. Jika pada saat ujian siswa menghadapinya dengan kondisi tenang, gembira dan penuh percaya diri maka hasilnya pun akan optimal sesuai dengan potensi siswa tersebut. Bagaimana caranya agar peserta didik memiliki mental yang kuat antara lain; pertama, Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan penuh dengan optimis, kedua siswa dimotivasi dengan diberi peluang untuk bersaing dengan siswa lain misalnya mengikuti berbagai macam kegiatan try out, ketiga kurangi kegiatan-kegiatan lain agar peserta didik tidak kecapaian, dan kempat, orang tua dan lingkungan harus menciptakan suasana yang kondusif agar anak terhindar dari suasana tekanan.

c. Tingkatkan motivasi belajar

Sukses tidaknya peserta didik dalam menghadapi UN juga sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya motivasi siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi UN. Peserta didik akan memiliki energi belajar yang dahsyat manakala memiliki motivasi yang kuat dan hebat. Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

Motivasi dapat timbul dari dalam individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh, dari luar dirinya. Motivasi dari dalam diri siswa dikenal dengan motivasi intrinsic. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh nilai UN yang tinggi, ingin masuk SMP favorit pilihannya dsb. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar individu, bisa orang tua, lingkungan keluarga/lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, temannya sendiri dsb.

d. Siapkan keterampilan teknis.

Keterampilan teknis yang dimaksud adalah siswa dibekali tidak hanya menguasai materi dan kesiapan mental juga harus menguasai keterampilan teknis lainya, antara lain:



a) Keterampilan mengerjakan lembar jawaban komputer

Keterampilan ini sangat penting dikuasai siswa, karena UN tahun 2011 diprediksi masih menggunakan lembar jawaban komputer dengan system silang. Siswa kadang mengabaikan hal ini, padahal keterampilan menjawab soal melalui LJK ini juga sangat menentukan hasil UN siswa. Misalnya apabila pengisian biodata salah, penomoran peserta salah termasuk cara memberi silang dan menghapus jawaban yang diganti ikut menentukan hasil UN siswa. Oleh karena itu tips untuk keterampilan ini adalah pertama selalu mengikuti kegiatan-kegiatan try out secara rutin.



b) Keterampilan menjawab soal-soal

Keterampilan teknis ini sangatlah penting untuk dikuasai siswa dalam menjawab soal-soal UN. Menguasai keterampilan menjawab soal ini dimaksud agar siswa dapat mengerjakan soal-soal dengan cepat, tepat dan benar dalam waktu yang sangat singkat, sehingga waktu yang tersedia selama 120 menit dapat dimanfaatkan bukan hanya mengerjakan soal tetapi juga sampai pada pemeriksaan dan pengerjaan ulang soal UN.



Bagian yang sangat penting untuk menyiapkan siswa sukses UN adalah dengan tetap berdoa karena sesungguhnya manusia itu hanya berusaha dengan semaksimal mungkin dan keputusan akhir yang paling menentukan adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

PELAJAR DAN INTELEKTUALISME




PELAJARAN DAN INTELEKTUALISME



Kehadiran pelajar sebagai entitas sosial yang terdidik dan terpelajar, ia adalah kaum intelektual muda masa depan yang hidup dalam lingkungan yang kondusif dan ilmiah. Keanekaragaman potensi pelajar, baik berupa karya/prestasi akademik maupun non akademik adalah wujud pelangi kreatifitas anak bangsa yang akan menghantarkan dan mengukir prestasi kesejarahan dunia. Pena adalah senjata utama bagi pelajar dalam mewujudkan cita-citanya, dari kata yang tersusun secara sistemik akan menjadi proposisi-proposisi , yang kemudian akan melahirkan pemikiran atau gagasan/ide untuk disebarluaskan sebagai karya intelektual dan dijadikan bahan refleksi dialektis masyarakat dalam melakukan perubahan membangun dan menata peradaban.
Eksistensi perpustakaan sebagai taman kultur belajar/ilmiah untuk mencari ilmu dan menggali informasi pelbagai gagasan atau pemikiran nampaknya memang tidak bisa disingkirkan dalam membangun peradaban manusia yang kian berkembang pesat. Fakta historis, zaman kejayaan Islam masa lalu dalam konteks ilmu pengetahuan dan teknologi telah dimulai dengan membangun ‘baitul hikmah’ yaitu perpustakaan yang dibangun pada zaman dinasti abbasiyah dan dipergunakan sebagai ruang belajar untuk membangun tradisi keilmuan atau intelektualisme.
Kerinduan reaktualisasi tradisi intelektualisme di dunia muslim adalah merupakan spirit kebangkitan peradaban Islam mewujudkan cita-citanya membangun masyarakat beradab, adil dan makmur. Pluralitas pemikiran yang lahir dari akar tradisi agama, filsafat, kalam, tasawuf dan fiqih telah tumbuh dan berkembang subur dalam tradisi intelektualisme sepanjang sejarah peradaban Islam. Kecintaan ilmu adalah spirit kaum intelektual dalam menghasilkan karya-karya besar (khazanah keilmuan) untuk kemaslahatan dan kesejahteraan ummat. Kedewasaan, kebebasan dan keterbukaan pikiran adalah sikap dan karakter kaum intelektual dalam menerima segala bentuk dan sifat konsepsi pemikiran yang berbeda-beda untuk mencari, memahami, menyusun pengetahuan dan kebenaran. Keterbukaan berfikir adalah proses upaya sadar manusia untuk memaknai dan menyusun rumusan pengetahuan dan kebenaran proposisi-proposisi. Ruh memegang peranan penting dalam mendayagunakan instrument jasad dan hayatnya, ia adalah kekuatan berfikir yang digunakan manusia untuk menangkap dan memahami teks kebenaran serta menyusun pengetahuan, yang kemudian akan menghadirkan kesadaran akan hakikat diri dan kehidupan. Untuk memunculkan kesadaran akan hakikat diri dan kehidupan, manusia dalam mengemban dan menjalankan amanah suci atau tugas kekhalifahan (Wakil Tuhan) di bumi yaitu melalui Akal. Akal adalah daya ruh manusia untuk memahami dan merasakan kebenaran, ia adalah potensi dalam diri manusia yang digunakan untuk memahami proses dinamika kehidupan, menyakini kebenaran teks suci (baca : Al Qur’an), memaknai, menyusun atau merumuskan konsepsi kehidupan dan melakukan rekayasa peradaban.


Rekayasa peradaban adalah upaya sadar yang harus dilakukan oleh negara dan civil society dalam mengubah dan menata struktur social culture, ekonomi, politik dan aspek kehidupan lainnya untuk membangun masyarakat yang beradab, adil dan makmur. Pembangunan sebuah bangsa dan negara, sesungguhnya tergantung oleh kualitas warga negaranya yaitu rakyatnya yang berilmu pengetahuan, berfikir positif, dinamis, kreatif-inovatif, progresif, berdaya saing dan menjunjung tinggi nilai-nilai universal. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui tradisi intelektualisme yaitu membaca, menulis, berdiskusi dan meneliti. Sebagai bangsa religius dan mayoritas muslim, membaca adalah spirit dan perintah agama sebagaimana terkandung dalam wahyu pertama yaitu surat al Alaq. Menurut Prof. Dr. Wahbah Zuhaili dalam Tafsir al Munir Jilid 7, surat al Alaq memiliki tiga cakupan yang sangat prinsipil : Pertama, menjelaskan hikmah penciptaan manusia, keutamaan perintah membaca (iqra’) dan menulis (’allama bi al qalam) sebagai keutamaan manusia dari makhluk-Nya yang lain. Kedua, menjelaskan tentang ketamakan manusia terhadap duniawi dan akhirnya hancur karena kecintaannya terhadap dunia (baca ; materialisme, hedonisme). Ketiga, mengkisahkan tentang Abu Jahal yang membangkang terhadap ajaran Nabi. Wahbah Zuhaili juga menyatakan bahwa nilai normatif yang terkandung dalam surat al Alaq ini, lebih mengajak kepada manusia untuk memahami urgensi membaca dan menulis. Dengan membaca dan menulis, tentunya akan menghantarkan manusia dari dunia kegelapan menuju dunia pencerahan.

Kesalahan sistemik yang masih menggejala dalam dunia pendidikan nasional, mulai dari lembaga pendidikan dasar, menengah sampai perguruan tinggi adalah tradisi membaca dan menulis yang bermasalah. Akar masalah krusial ini adalah karena iklim argumentasi logis seringkali hanya berlaku di ruang informal dan non formal. Sekolah formal sebagai ruang kultur belajar/ilmiah para generasi penerus bangsa (baca : pelajar), yang semestinya merupakan ruang kondusif dan ilmiah. Namun pada kenyataanya ruang ini belum bisa digunakan sebagaimana mestinya, seperti adanya fasilitas perpustakaan sekolah sebagai ruang kultur belajar (taman baca) masih minim pengunjungnya (sepi) karena sebagian besar pelajar lebih suka memilih mengunjungi tempat-tempat hiburan (baca ; mall). Pertanyaannya kemudian, kenapa hal ini terjadi?ada apa dengan life style masyarakat pelajar?ada apa dengan konsep perpustakaan sekolah kita?. Secara teknis dan praktis lemahnya tradisi menulis di kalangan pelajar dikarenakan belum adanya pelajaran secara intensif tentang teknik menulis mulai dari sekolah dasar sampai menengah atas.

Menulis adalah proses pembelajaran, aplikasi pengetahuan, gambaran peta pikiran manusia secara sistemik. Prinsip menulis adalah keterampilan (skill), menulis bukanlah kemampuan yang dapat mudah dikuasai dengan sendirinya melainkan dengan ketekunan dan kesabaran yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang panjang karena menulis bukan hal yang mudah. Menurut perkataan Qatadah dalam Tafsir al Qurthubi, ” Menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah .... ”. Bahkan Abdullah bin ’Amru, seorang ulama salaf menyatakan ”qayyidu al ilma bi al kitabah” (ikatlah ilmu dengan menulisnya).

Membaca dan menulis adalah kegiatan yang dinamis dan produktif. Membaca firman Allah, baik yang tertulis (ayat) dan terlihat (alam) sebagai fenomena dan tanda-tanda kebesaran-Nya. Menulis sebagai aplikasi pengetahuan yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang panjang dengan penuh kesabaran, ketelitian, ketekunan, dan kejelian dalam mengungkapkan atau mengambarkan peta pikiran/pemikiran/gagasan/ide seseorang yang disusun secara sistemik. Berdiskusi adalah proses pembelajaran yang terjadi atas refleksi dialektis terhadap teks. Interpretasi teks yang terjadi dalam ruang ilmiah adalah sebuah upaya kesadaran kritis manusia memaknai dan menyusun pengetahuan dan kebenaran proposisi-proposisi.

Dan meneliti adalah merupakan proses kesadaran analitis manusia dalam mengungkap dan menemukan kebenaran melalui proses pembuktian. Keterbukaan pikiran terhadap bukti baru dan/atau yang bertentangan adalah sikap ilmiah yang harus dipegang teguh sebagai seorang filosof/ilmuwan/intelektual. Proses pembuktian dapat dilakukan dengan cara observasi, study literatur/pustaka atau dengan metode/teknik lainnya. Proses penelitian harus dilakukan secara sistemik dan metodologis. Munculnya bukti baru dan/atau yang bertentangan bisa terjadinya jika ada proses dialektika yaitu adanya thesis dan anti thesis yang kemudian terjadi dialektika untuk menemukan sintetisnya, dan hasil sintesisnya akan menjadi thesis baru yang akan berhadapan dengan anti thesisnya, yang selanjutnya tersusun sintesis baru dan proses ini secara terus menerus berlanjut.

Menjadikan intelektualisme sebagai spirit pendidikan seumur hidup (long live education) adalah wujud komitmen Islam akan kecintaan terhadap ilmu. Tradisi kultur belajar/ilmiah ini terlihat dari kecintaan akan berteman dengan buku-buku. Kebebasan dan keterbukaan berfikir akan memicu tradisi intelektualisme. Dengan menjadikan perpustakaan dan masjid sebagai taman baca dan ruang bertemu untuk berdiskusi, memenuhi kebutuhan untuk berkarya dan berprestasi sehingga kemandekan pemikiran dapat diatasi.
Pelajar adalah kelompok sosial masyarakat yang memegang peranan penting dalam mengemban amanah kesejarahan untuk melakukan perubahan dalam membangun dan menata peradaban. Pelajar adalah subyek peradaban, ia adalah merupakan generasi penerus bangsa yang lahir dan tumbuh berkembang dalam lingkungan kaum terpelajar dan terdidik, lingkungan yang kondusif dan ilmiah. Tradisi intelektualisme akan menghantarkan pelajar dari dunia ’gelap’ menuju dunia ’pencerahan’.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

TANGGUNG JAWAB SISWA


TANGGUNG JAWAB SISWA
Tanggungjawab mungkin bisa diartikan sebagai konsekuensi yang harus diterima atau dijalankan terhadap apa yang sudah dilakukan atau dijalani. Kita sering mendengar kata “lepas tanggungjawab” artinya tidak mau mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukan (lempar batu sembunyi tangan). Ada tihal penting yang harus dipahami dan dijalankan oleh seorang siswa atau pelajar berkenaan dengan tanggungjawab.

1. Tanggungjawab sebagai seorang pelajar/siswa

Setiap siswa harus menanamkan rasa tanggungjawab pada diri masing-masing. tanggungjawab siswa sebagai pelajar adalah belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan kepadanya, disiplin dalam menjalani tata tertib sekolah. Artinya setiap siswa wajib dan mutlak melaksanakan tanggungjawab tersebut tanpa terkecuali. Tap kenyataannya banyak siswa yang merasa terbebani dengan kewajiban mereka sebagai pelajar. siswa berangkat ke sekolah tidak lagi untuk tujuan belajar, akan tetapi dijadikan sebagai ajang untuk ketemu, kumpul dengan teman-teman, ngobrol dan lain sebagainya. sementara tugas sejatinya untuk belajar dan menimba ilmu sudah bukan lagi menjadi pokok. tapi ini realita dan potret siswa masa kini. selalu menginginkan sesuatu tanpa bersusah payah. menyerah sebelum berjuang, kalah sebelum bertanding.

2. Tanggungjawab sebagai seorang anak

Banyak siswa tidak menyadari atau menyadari tapi tidak mau melakukan penyadaran diri, bahwa orangtua tidak menginginkan banyak hal pada dirinya. hanya satu yang diinginkan oleh orangtua yaitu anak saya bisa bersekolah, belajar dengan baik dan kelak lulus mempunyai kehidupan lebih baik dari orangtuanya. sekali lagi, hanya itu wahai para siswa tercinta. Tidak kah kita pernah membayangkan, bagaimana orangtua membanting tulang mencari biaya untuk kita bersekolah. tidak pernah terbersit sedikit-pun dalam benak mereka agar kalian mengganti apa yang sudah diberikan. Tidak kah pernah kita pikirkan, bagaimana orangtua kita memutar otak untuk kita, tapi apa balasan yang kita berikan. semuanya kita balas dengan kemalasan dan kebohongan. kita malas bersekolah, berbohong ke sekolah tapi tidak sampai. sekali lagi inilah potret siswa masa kini (walaupun tidak semua)

3. Tanggungjawab sebagai seorang hamba

Sudahkah kita menjalankan kewajiban kita sebagai orang yang beragama. Banyak diantara kita yang mampu secara akademis, tercukupi dari segi materi tapi jiwanya kosong karena tidak tersentuh oleh nilai-nilai ibadah. Untukmu para siswa, jalankan kewajiban sebagai umat, jangan banyak meminta tapi mengabaikan tugasmu sebagai seorang hamba. Kita mendekatkan diri pada-Nya manakala kita berada pada kondisi terjepit dalam kehidupan. Bayangkan betapa indahnya hidup kita seandainya ketiga tanggungjawab ini seiring sejalan atau saling terintegrasi. Insya Allah akan terbentuk siswa-siswa yang cerdas akademik dan pribadi yang sholeh sehingga pada akhirnya akan lahir generasi penerus yang membanggakan.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

MENUNTUT ILMU



SYARAT MENUNTUT ILMU
Oleh: MUHAMMAD ZAINUDIN,S.Pd
Manusia dibedakan dengan makhluk hidup yang lain seperti hewan. Bumi diserahkan kepada hewan-hewan itu sudah siap pakai. Akan tetapi manusia tidak demikian, bumi diserahkan kepada manusia itu sudah siap olah, manusia berkewajiban mengolah. Yang berarti manusia dituntut berupaya, berusaha, dan bekerja keras. Dalam arti belajar dengan tekun bagi para penuntut ilmu untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan.
Dengan demikian berarti kerja keras manusia itu adalah bagian dari kewajibannya. Atau belajar dengan tekun adalah bagian dari kewajiban penuntut ilmu untuk mencapai tujuannya yang lebih baik.
Menuntut ilmu hukumnya sangat wajib bagi setiap muslim yang berakal, baik miskin atau kaya, orang kampung atau pun orang kota, selama dia berakal sehat wajib hukumnya menuntut ilmu. Dikatakan dalam Hadis :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَی كُلِّ مُسلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ
“Menuntut ilmu itu sangat wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan” —Al-Hadis—
Dalam kajian hukum Islam, bahwa standar hidup yang ideal bagi manusia adalah Haddul Kifâyah, Lâ Haddul Kafaf (batas kecukupan, bukan batas pas-pasan)[1]. Dan kita tahu bahwa kewajiban dalam menuntut ilmu dimulai dari rahim ibu sampai liang lahat. Dengan demikian untuk memenuhi standar hidup yang ideal hendaknya tidak hanya pas-pasan. Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis bahwa syarat-syarat mencari ilmu ada 6, yaitu:

Cerdas. Adalah salah satu syarat untuk menuntut ilmu. Kecerdasan adalah bagian dari pengaruh keturunan jalur psikis. Dari ayah dan bunda yang cerdas akan lahir anak-anak yang cerdas, kecuali adanya sebab-sebab yang memungkinkan menjadi penghalang transformasi sifat-sifat tersebut baik situasi fisis maupun psikis.
Sehat jasmani dan lemah jasmani, makanan bayi dalam kandungan maupun situasi psikis ayah bunda seperti semangat dan himmah menuntut ilmu, melakukan kejahatan, emosi, maupun warna pikiran akan ikut memberikan pengaruh yang besar bagi keturunan. Itulah buktinya bahwa dari ayah dan bunda yang sama akan lahir anak-anak dengan kondisi fisik, watak, sifat dan kecerdasan yang berbeda.
Tentang kaitan keturunan dengan ilmu pengetahuan maka kita perlu mengingat bahwa yang diturunkan dari orangtua adalah tingkat kecerdasannya saja bukan kekayaan ilmu pengetahuan. Kekayaan ilmu pengetahuan tidak ada jalan lain kecuali belajar dengan baik. Sabda nabi Saw:
إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ (الحديث)
“Bahwasanya ilmu itu diperoleh dengan (melalui) belajar”. —Al-Hadis—

Dan yang menjadi masalah sekarang bagaimana anak yang cerdas (karena keturunan) tetapi tidak memiliki ketekunan dan kesungguhan dalam menuntut ilmu, jawabannya sudah pasti bahwa dia tidak akan menjadi orang pandai/‘Alim.

Rakus (punya kemauan dan semangat untuk berusaha mencari ilmu)
“Kejarlah cita-citamu setinggi langit”. Peribahasa ini memberikan arti bercita-citalah setinggi-tingginya dan raihlah cita-cita itu sampai dimana pun. Peribahasa tersebut memberikan motivasi kepada kita untuk pantang menyerah mengejar cita-cita (pendidikan) kita.
Orang yang menuntut ilmu haruslah seperti peribahasa di atas: “selalu berusaha dan berusaha menuntut ilmu untuk mencapai cita-cita yang tinggi”.
Bahkan menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.


مَافِى الْمَقَامِ لِذِيْ عَقْلٍ وَذِيْ أَدَبٍ . مِنْ رَاحَةٍ فَدَعِ اْلاَوْطَانَ وَاغْتَرِبِ
سَافِرْ تَجِدْ عِوَضًا عَمَّنْ تُفَارِقُهُ . وَانْصَبْ فَإِنَّ لَذِيْذَ الْعَيْشِ فِى النَّصَبِ

“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar di luar negeri, di sana banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama, jangan takut sengsara, jangan takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita.” (diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi Tanara Banten yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

MTs TANFA'UL ULUM KADUNGREMBUG



MTS TANFA'UL ULUM KADUNGREMBUG
VISI. UNNGGUL DALAM MUTU DAN PRESTASI, BERPIJAK PADA IMAN DAN TAQWA.

Dipaparkan sesuai data tersebut, secara berurutan atau peringkat sekolah-sekolah yang masuk dalam daftar 10 besar sekolah dengan kelulusan 100 persen tahun pelajaran 2009/2010 antara lain adalah:

1. SMP Negeri 1 Tulungagung, (Tulungagung, Jawa Timur)
2. SMP Negeri 1 Denpasar, (Denpasar, Bali)
3. SMP Singapore National Academy Waru (Sidoarjo, Jawa Timur)
4. Mts Tanfa'ul Ulum Kapungrembug (Lamongan, Jawa Timur)
5. Mts Islami Sungai Jepun (Indragiri Hilir, Riau)
6. Mts Al Islahiyah Binjai (Binjai, Sumut)
7. SMP Abdi Negara (Lamongan, Jawa Timur)
8. Mts Swasta Zending Islam Indonesia (Medan, Sumut)
9. SMP Negeri 5 Yogyakarta (Yogyakarta, DIY)
10. SMP Negeri 2 Sei Kapayang Satu Atap (Asahan, Sumut)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

MINAT BACA

MINAT BACA DAN KUALITAS BANGSA





Minat baca rendah

Terlepas dari ketepatan kebijakan pendirian rumah baca, tujuan untuk mendongkrak minat baca masyarakat memang positif. Hal ini didukung realitas tentang rendahnya minat baca masyarakat kita pada umumnya dan siswa sekolah kita pada khususnya.

Secara teoritis ada hubungan yang positif antara minat baca (reading interest) dengan kebiasaan membaca (reading habit) dan kemampuan membaca (reading ability). Rendahnya minat baca masyarakat menjadikan kebiasaan membaca yang rendah, dan kebiasaan membaca yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca rendah. Itulah yang sedang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini.

World Bank di dalam salah satu laporan pendidikannya, "Education in Indonesia - From Crisis to Recovery" (1998) melukiskan begitu rendahnya kemampuan membaca anak-anak Indonesia. Dengan mengutip hasil studi dari Vincent Greanary, dilukiskan siswa-siswa kelas enam SD Indonesia dengan nilai 51,7 berada di urutan paling akhir setelah Filipina (52,6), Thailand (65,1), Singapura (74,0) dan Hongkong (75,5). Artinya, kemampuan membaca siswa kita memang paling buruk dibandingkan siswa dari negara-negara lainnya.

Keadaan tersebut mengingatkan hasil penelitian yang saya lakukan di desa-desa wilayah Sulawesi Selatan, seperti di daerah Galesong, Bantaeng, Tamalatea, Bisapu, dsb., beberapa waktu lalu. Dari sekira 2.000 kasus ada 30-an atau 1,5 persen anak lulusan SD yang tidak lancar membaca. Pada mulanya kami terkejut, surprise, apa benar anak lulusan SD belum lancar membaca? Setelah diteliti proses beserta metodenya, termasuk pengetesan membaca dengan 250 kata, ternyata memang begitulah senyatanya. Artinya, benar-benar ada anak lulusan SD yang belum lancar membaca karena kemampuan membacanya memang rendah.

Mengapa hal itu terjadi? Karena kebanyakan SD kita tidak memunyai koleksi buku-buku perpustakaan yang cukup sehingga tidak memotivasi siswa untuk membaca.

Kebanyakan atau bahkan hampir keseluruhan SD kita yang jumlahnya sekira 155 ribu tidak memiliki fasilitas perpustakaan yang memadai. Buku pelajaran dan buku bacaan umum tidak terkoleksi secara lengkap. Bahkan, banyak SD yang tidak memiliki ruang khusus untuk perpustakaan dan tidak memiliki petugas khusus yang mengelola perpustakaan. Dengan demikian, wajar saja kalau siswa SD kita tidak memiliki kebiasaan membaca yang memadai.

Keadaan seperti itu ternyata juga terjadi pada siswa SLTP, SMU, dan SMK. Dan yang sangat ironis, tidak dimilikinya kebiasaan membaca yang memadai tersebut juga terjadi di kalangan perguruan tinggi, baik dosen maupun mahasiswanya. Beberapa perguruan tinggi kita memang memiliki perpustakaan dengan koleksi buku, jurnal, majalah ilmiah, dan terbitan lain dalam jumlah yang cukup, namun kebanyakan dari perguruan tinggi tidak memiliki fasilitas seperti itu. Kebanyakan mahasiswa dan dosen perguruan tinggi tidak memunyai kebiasaan berkunjung ke perpustakaan kampus, apalagi perpustakaan di luar kampusnya.

Kebiasaan membaca pada masyarakat umum juga rendah. Salah satu indikatornya adalah jumlah surat kabar yang dikonsumsi oleh masyarakat. Idealnya setiap surat kabar dikonsumsi sepuluh orang, tetapi di Indonesia angkanya 1:45; artinya setiap 45 orang mengonsumsi satu surat kabar. Di Filipina angkanya 1:30 dan di Sri Lanka angkanya 1:38. Artinya dalam soal membaca, masyarakat kita kalah dibandingkan dengan masyarakat negara berkembang lainnya seperti Filipina dan bahkan dengan masyarakat negara belum maju seperti Sri Lanka.

Indikator lainnya adalah rendahnya pengunjung perpustakaan. Kepala Perpustakaan Nasional, Dady P. Rachmanata, dalam kegiatan Hari Aksara Nasional (HAN) beberapa waktu lalu menyampaikan informasi mengenai rendahnya pengunjung perpustakaan nasional dan perpustakaan daerah di seluruh Indonesia. Dari pengunjung yang ada hanya 10 s.d. 20 persen yang meminjam buku dan kalau diasumsikan kebiasaan membaca itu ada pada mereka yang meminjam buku maka tingkat kebiasaan membaca kita baru 10 s.d. 20 persen. Padahal, di negara maju angkanya mencapai 80 persen.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

KEDISIPLINAN SISWA


KEDISIPLINAN SISWA

Dalam kehidupan sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah “refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah : (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992) mengemukakan: “School discipline has two main goals: (1) ensure the safety of staff and students, and (2) create an environment conducive to learning”. Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa “the goals of discipline, once the need for it is determined, should be to help students accept personal responsibility for their actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves to change”. Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.
Keith Devis mengatakan, “Discipline is management action to enforce organization standarts” dan oleh karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada.
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah.
Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.
Brown dan Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut :

1. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
2. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.
3. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.
4. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
2. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.
3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.

Selanjutnya, Brown dan Brown mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :

1. Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
2. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
3. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
4. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
5. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
6. memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.

Sementara itu, Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003) mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu : (1) konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka; (2) keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa; (3) konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah; (4) klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri; (5) analisis transaksional; guru disarankan guru belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah; (6) terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab; dan (7) disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan; (8 ) modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif; (9) tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver