PROBLEMATIKA KENAKALAN SISWA




PROBLEMATIKA KENAKALAN SISWA
OPINI

Berawal dari obrolan seorang teman tentang persoalan tentang prilaku seorang siswa. Miris sekali rasanya melihat prilaku siswa saat ini. Ada Seorang siswa yang bawa kartu domino, dadu dan remi dikelas. Ada yang tidak mau masuk kelas tapi cangkruan di toilet, ini menandakan motivasi belajar sangat kurang. Selain itu ada yang bawa gitar ngamen dikelas, pakaiannya tidak rapi alias dikeluarkan, rambut dimodel pang, lidahnya dikasih anting, minum-minuman keras, adegan mesum yang disebar ke masyarakat luas, sampai pada hamil diluar nikah. Inilah potret anak sekolah mas kini mungkin? Kenakalan siswa sekarang berbagai macam bentuknya, tentu berbahaya sekali melihat generasi penerus bangsa seperti itu, apa jadinya bangsa ini? Padahal seorang siswa harapan sebuah bangsa.

Berbagai peristiwa tersebut dapat kita analisa, ada beberapa faktor penyebabnya. Pertama, Faktor keluarga. Persoalan dikeluarga menjadi salah satu penyebab kenakalan anak. Misalnya kurang diperhatikan orang tua, mungkin karena kesibukan orang tua kerja. Bisa juga karena factor pendidikan orang tua menyebabkan minim pengetahuan pola prilaku anak sehingga anak jadi korbannya. Tanpa pengawasan dan perhatihan orang tua akhirnya seorang anak bebas melakukan apa saja.

Kedua, factor lingkungan sekitar. Lingkungan sangat mempengaruhi pola prilaku seseorang. Apalagi pada remaja, masa remaja adalah masa untuk mencoba. Masa remaja memiliki keingintahuan yang tinggi. jika ada hal yang baru belum pernah dilakukan, maka muncul rasa penasaran untuk mencobanya dan ingin mengetahuinya, seperti apa jika melakukan hal yang baru. Pengaruh pergaulan teman menjadikan factor dalam kenakalan remaja. Apalagi pada zaman saat ini yang disebut era global. Era globalisasi yang serba terbuka saat ini disamping memiliki sisi positif juga negative. Sisi positif anak, bisa mengakses semua informasi yang secara transparan guna meningkatkan pengetahuanya. Namun disisi negatif, anak secara bebas bisa mencontoh budaya-budaya barat tidak sesuai dengan kultur kita. Maka timbul trend atau gaya yang mempengaruhi pola prilaku anak. Misalnya cara berpakaian, model rambut bahkan pergaulan bebas.

Ketiga, factor disekolah itu sendiri. Sekolah merupakan harapan semua orang tua, agar anaknya bisa pintar, cerdas, dan berprilaku yang baik. Harapan orang tua bisa pupus jika sebuah sekolah tidak memiliki program yang baik untuk mewujudkan impian orang tua. Sekolah dianggap sarana yang manjur untuk membentuk pola prilaku yang baik. Namun, kenyataanya banyak sekolah belum mampu mewujudkan harapan orang tua. Justru sebaliknya kenakalan siswa ‘tercipta’ disekolah, seperti kejadian diatas. Kejelasan sebuah aturan disekolah sangat diperlukan. Apakah di sekolah sudah ada aturan atau dikenal dengan ‘tata tertib’? jika sudah ada. Pertanyaan selajutnya, apakah aturan tersebut sudah disosialisasikan. Terkadang anak itu sering melanggar bisa jadi tidak mengetahui peraturan tersebut. Apakah aturan itu diterapkan secara konsisten disekolah? Jangan-jangan hanya sebagai hiasan dinding?.

Ada beberapa alternative solusi bisa ditawarkan; pertama, pendidikan keluarga pertama dan utama. Pendidikan keluarga merupakan hal yang sangat peting karena disinilah pondasi dasar karakter anak terbentuk. Kesibukan kerja, masalah ekonomi bukan jadi alasan untuk tidak memperhatikan anak. Anak adalah amanah yang sangat berat diberikan tuhan. Jika anak menjadi tidak bermoral atau tidak berahklak, maka orang tua dimentai pertanggung jawaban terlebih dahulu diakhirat nanti. Orang tua harus ‘belajar’ mendidik seorang anak atau dikenal dengan istilah ilmu parenting. Belajar disini bukan harus dimaknai dengan sekolah dan membaca buku, tetapi belajar bisa dilakukan dengan cara memberikan yang terbaik untuk calon generasi penerus.

Oleh karena itu, pola asuh zaman dulu, tidak bisa disamakan dengan masa sekarang, problematika anak sangat beranekaragam, maka dituntut menggunakan ‘jurus-jurus’ baru. Minimal yang dilakukan oleh orang tua adalah memberikan tauladan yang baik terhadap anak, selalu mendo’akan anak ketika sholat, dan memperhatikan pendidikan anak ketika mendapat tugas dari sekolah.

Kedua, kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak keluarga. Kerberhasilan dalam dunia pendidikan tidak bisa di bebankan oleh pihak sekolah saja, tetapi perlu kerjasama dengan pihak keluarga dirumah. Karena waktu disekolah hanya kurang lebih delapan jam saja, selebihnya waktu yang lama berada dirumah. Akan tetapi tetap tanggungjawab sekolah untuk mewujudkan harapan orang tua. Program-program sekolah harus sinergi dengan program dirumah. Disekolah sudah ada komite sekolah, yang merupakan wakil wali murid disekolah, sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk melakukan mensinergikan program-program disekolah. Sayangnya disekolah-sekolah kebanyakan komite sekolah hanya sebagai ’stempel’ untuk mencairkan sebuah dana dari lembaga tertentu.

Komite sekolah seharusnya menjadi pengawas dan control terhadap pihak sekolah jika melakukan pelanggaran atau tidak melaksanakan program sekolah. Peran dan fungsi komite sekolah saat ini bisa dikatakan nol. Maka perlu di revitalisasi peran dan fungsi komite sekolah.

Ketiga, Peran dan fungsi guru dioptimalkan. Guru sebagai ujuk tombak dilapangan dalam membentuk prilaku anak. Sebagus apapun program mengatasi anak disekolah, apabila tidak didukung dengan peran guru maka tidak ada hasilnya. Saya ilustrasikan, Ibarat ada mobil yang bagus tapi tidak ada yang menggerakan maka mobil tersebut akan mogok ditempat. Disinilah pentingnya peran guru disekolah, selain mempunyai tugas untuk menstranfer ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki kewajiban untuk membentuk karakter anak.

Untuk membentuk karakter anak, maka guru-gurunya juga harus berkarakter. Pribahasa orang jawa, guru itu digugu lan ditiru. Artinya bahwa baik buruknya tingkah laku guru, secara tidak langsung akan dicontoh oleh siswanya. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen bersama antara guru dan pengurus sekolah. Untuk menyatukan satu komitmen antara guru dengan pengurus sekolah, maka diperlukan keterbukaan, komunikasi yang itensif, persamaan visi bahwa mencerdaskan dan membentuk ahklak anak adalah perbuatan yang yang mulia.

Keempat, Peran guru bimbingan konseling (BK). Guru Bimbingan konseling (BK) disekolah, yang dianggap memiliki pengetahuan lebih dari sisi psikologi seorang anak, diharapkan mampu menyelesaikan persoalan anak secara komperhensif. Jika terjadi pelanggaran maka tidak sepatutnya langsung dihukum tetapi dicari akar masalahnya.

Dalam hal pelaksanaan sebuah aturan butuh ketegasan dan kebijaksanaan. Bersikap tegas, Jika anak-anak yang melanggar kategori berat dan sering melakukanya, maka diberikan sanksi atau hukuman sesuai dengan perbuatanya. Dengan diberi sanksi biar anak jerah tidak mengulang perbuatan itu lagi. Bersikap bijaksana, jika pelanggaran anak tidak terlalu berat, maka perlu pembinaan oleh BK dalam prilaku sehari-harinya disekolah.

Memang harus kita menyadari bahwa tanggung jawab mengatasi masalah diatas adalah tanggung jawab bersama. Baik orang tua, sekolah, guru dan semua pihak yang peduli terhadap masalah anak. Sehingga problematika siswa yang terjadi diatas bisa dicegah dan terselesaikan
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "PROBLEMATIKA KENAKALAN SISWA"

Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver